Senin, 02 Maret 2015

JESUS, MY DREAM MAKER



Tahun 2008 saat saya mengunjungi Israel untuk pertama kalinya, saya mengalami suatu pengalaman spiritual yang sangat membekas sampai saat ini, yaitu dimana Tuhan memberi saya sebuah visi/mimpi/impian yang lebih besar dari diri saya sendiri.

Hampir 7 tahun sudah, dan perjalanan menuju penggenapan visi itu semakin disingkapkan tahap demi tahap. Selama perjalanan ini banyak hal yang Tuhan nyatakan diluar pemahaman saya sebagai manusia. Saya mengamati perjalanannya banyak berliku dan berbatu memang. Jalannya terkadang naik dan sampai ke padang rumput hijau, tetapi terkadang jalannya menurun ke lembah kekelaman. Ada kalanya saya berlari dengan begitu berapi-api, ada kalanya saya terjatuh dan menjadi lelah. Tetapi saya bersyukur kepada Tuhan yang setia – Jesus, my dream maker!

Tahun ini ayat emas yang saya ambil menjadi peneguhan bagi saya untuk bangkit kembali dan melakukan apa yang Tuhan perintahkan.

Di Alkitab, orang-orang seperti Abram, Musa, Yusuf bin Yakub, Daud, Gideon, Nehemia, dan masih banyak lagi, yang mendapat visi dari Allah umumnya adalah orang-orang yang penuh keterbatasan. Tetapi orang-orang ini meresponi panggilan Tuhan, melewati jalan berliku yang menakutkan dan menyakitkan selama bertahun-tahun sampai pada akhirnya mereka sampai pada penggenapan visi itu. Mereka menantang iman mereka untuk melihat yang belum kelihatan, melangkah dengan berpegang pada janji Tuhan, mengorbankan dan meninggalkan banyak hal, dan terus menanti-nantikan waktu Allah.

Apa visi Allah dalam hidupmu? Apa impian yang Tuhan taruh dalam hatimu?

Setiap kita memiliki impian pribadi, tetapi saya percaya bahwa impian yang Tuhan beri itu berbeda dari impian pribadi yang timbul dari hasrat diri sendiri! Apa bedanya?

Dalam saat teduh saya bersama Alkitab dan Roh Kudus pada akhir Desember 2014, Tuhan menyatakan melalui Alkitab yang saya baca saat itu mengenai ciri-ciri visi dari Allah dan cara mewujudkannya:
  1. Visi dari Allah dimulai dengan perjumpaan secara pribadi dengan Allah dan mengenal Allah.

Ini pembeda pertama dengan impian pribadi. Impian dari Tuhan berasal dari hubungan dengan Tuhan. Untuk itu kita perlu memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Harus ada suatu “perjumpaan” secara pribadi dengan Tuhan didalam Firman-Nya, doa, dan pernyataan Roh Kudus.
   

2. Visi dari Allah selalu mengenai kepentingan banyak orang bagi kebaikan mereka.


Visi dari Allah bukan untuk kepentingan kita untuk membuat kita makin kaya, makin terkenal, makin tinggi. Semata-mata untuk kepentingan banyak orang. Kita bisa menguji poin 2 ini terhadap impian kita. Tuhan tidak tertarik memakai kita supaya kita menjadi kaya dan populer, tetapi supaya kita bisa melayani lebih banyak orang dengan lebih baik lagi!


3.      Visi dari Allah melalui kita adalah jawaban bagi banyak orang.

Tuhan menghadirkan visi-Nya kepada kita untuk kebutuhan orang lain pada saat ini atau yang akan datang. Visi dari Allah hadir untuk menjawab permasalahan mereka dan menolong mereka menemukan jalan keluar.


4.      Visi dari Allah lebih besar dari diri kita sendiri.

Umumnya respon dari orang yang menerima Visi dari Allah adalah merasa bahwa visi itu terlalu besar dari dirinya. Ya itu benar sekali. Karena Allah itu besar, maka Impian dari Allah yang dititipkan kepada kita bukan impian kecil-kecilan. Meskipun impian itu kelihatan begitu besar, tetapi Tuhan yang lebih besar dari impian itu, akan memampukan anak-anak-Nya untuk mencapai impian tersebut.


5.   Visi dari Allah harus memuliakan Allah dan membawa orang mengenal Allah, bukan memuliakan diri kita.

Goal atau tujuan dari impian dari Allah untuk kemuliaan nama Tuhan. Uji impian kita, apakah impian kita memuliakan Allah atau diri kita? Karena impian itu berasal dari Allah, impian itu haruslah tentang Allah dan memuliakan Dia. Jika impian itu untuk kemuliaan diri kita, maka impian itu adalah impian manusia yang lahir dari keangkuhan hidup semata.


6.  Visi dari Allah perlu dibagikan kepada orang-orang yang bisa mendukung kita.

Kita membutuhkan partner yang mendukung kita mencapai visi, karena itu kita perlu membagikannya kepada orang-orang yang tepat. Mereka haruslah orang-orang yang mengasihi Tuhan, dibakar oleh gairah akan Tuhan, memiliki kerendahan hati, dan memiliki impian dari Allah juga. Membagikan impian kita kepada orang yang tepat akan meneguhkan kita saat kita dalam keadaan lemah. Sebaliknya, membagikan impian kita kepada orang yang tidak tepat, akan melemahkan kita dan memadamkan api yang kita miliki. Seperti 10 Pengintai pada zaman Musa melemahkan semangat bangsa Israel akan negeri impian yang Tuhan janjikan pada merekam atau seperti kakak-kakak Yusuf yang mencela mimpi yang Tuhan taruh di hatinya.


7.  Mewujudkan visi dari Allah tidak luput dari tantangan dan rintangan tetapi Tuhan akan menyertai dan melakukan mujizat-Nya asalkan kita bekerjasama dengan-Nya.

Bukan berarti karena impian itu dari Tuhan maka jalan kita mulus dan semuanya menjadi mudah. Tuhan tidak pernah menawarkan kita hidup yang mudah, melainkan hidup seorang pemenang yang dibentuk dari mengatasi berbagai kesulitan, tantangan dan menang atas semua proses dan ujian iman yang Tuhan izinkan kita alami. Dalam menghadapi segala bentuk tantangan itulah Tuhan menyatakan penyertaan-Nya, berkat-Nya, mujizat-Nya, perlindungan-Nya, rahmat-Nya, tuntunan-Nya sehingga kita keluar sebagai pemenang. Yang penting, JANGAN PERNAH MENYERAH!


8.  Mewujudkan visi dari Allah bukan dimulai saat hal besar sudah kita miliki, tetapi dimulai dari apa yang ada pada kita, sekalipun itu kelihatannya kecil karena Tuhan sanggup memakai hal kecil untuk menghasilkan dampak yang besar.

Tuhan senang menyatakan kebesaran-Nya melalui hal kecil dan keterbatasan yang kita miliki. Karena itu kita tidak boleh kecil hati dengan keterbatasan kita saat ini. Justru melalui kelemahanlah kuasa-Nya menjadi sempurna. Tuhan memakai Abram yang sudah mati pucuk untuk menghasilkan bangsa yang besar. Kita harus memulainya melalui apa yang kita miliki saat ini, dengan setia mengembangkannya, dan Tuhan yang akan memberi pertumbuhan!


9.   Mewujudkan visi dari Allah kita mutlak membutuhkan pimpinan Tuhan senantiasa. Jangan lepas dari Tuhan.

Simson nyaris gagal mencapai impian yang Tuhan beri dalam hidupnya, jika saja ia tidak mau bertobat. Beruntung ia bertobat dan menggenapi target Tuhan dalam hidupnya sekalipun sedikit berakhir tragis. Jika tidak berhati-hati, kita riskan untuk gagal dalam mencapai impian yang Tuhan beri. Bukankah musuh mengintai setiap saat untuk menggagalkan kita dengan segala macam daya dan upaya? Karena itu kita perlu terus melekat pada Tuhan dan berpegang pada-Nya setiap hari, setiap saat, melewati step by step setiap anak tangga proses kehidupan untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi.


10.  Tuhan akan mengutus orang-orang untuk membantu dan memperlengkapi kita.

Saya bersyukur bahwa Tuhan tidak membiarkan kita berjalan sendiri. Selain Roh Kudus-Nya yang selalu beserta kita, Tuhan juga mengirim bala bantuan dari hamba-hamba-Nya untuk menolong dan mempersiapkan kita. Beberapa diantaranya mungkin adalah orang rohani, beberapa lagi adalah orang sekuler. Sebagian diantaranya menyenangkan kita, sebagian lagi memperlengkapi kita dengan cara-cara yang mungkin kurang kita sukai. Tetapi apapun itu, pada akhirnya kita akan menyadari bahwa Tuhan menaruh orang-orang di dalam hidup kita bukan secara kebetulan tetapi untuk menghentar kita menuju kepada rancangan yang telah Tuhan persiapkan.


11.  Visi dari Tuhan akan terwujud saat kita berani membayar harga yang mahal, meninggalkan zona nyaman kita, dan melangkah bersama Tuhan.

Semua hal dalam hidup ini memiliki harga, dan untuk memilikinya atau mendapatkannya ada harga yang harus dibayar. Kalaupun kita memperoleh keselamatan secara gratis dengan iman, itu karena Tuhan Yesus Kristus telah membayar harga yang sangat mahal dengan darah-Nya di kayu salib untuk menebus kita dari segala dosa. Abram harus meninggalkan rumah bapanya, Yusuf harus membayar harga ketaatannya, Nehemia harus meninggalkan posisinya yang nyaman. Impian dari Tuhan menuntut harga mahal yang harus berani kita bayar, tetapi semua itu takkan sebanding dengan mahkota yang Tuhan sediakan. Harga mahal yang harus dibayar itu adalah penyangkalan daging kita terhadap dosa, mengorbankan air mata dan perasaan demi sebuah ketaatan, membayar berpuluh-puluh atau beratus-ratus jam atau bertahun-tahun di dalam ketekunan dan kesetiaan kita, harta dan tenaga yang harus dicurahkan, dan masih banyak lagi.


12.  Lakukan sekarang!

Jika kita tidak melakukannya sekarang, kita terjebak dalam penundaan. Penundaan adalah pencuri yang sangat berbahaya, yang dapat merampas bertahun-tahun kehidupan kita tanpa melakukan sesuatu yang berarti dan membawa kita ke jurang penyesalan. Joyce Meyer berkata penundaan adalah musuh dan sangat menipu. Seorang bijak pun berkata, “Jika kita terus menanti waktu yang tepat untuk melakukan segala sesuatu, pada akhirnya kita tidak akan melakukan apa-apa.”


Saya berdoa, tahun ini akan menjadi tahun penggenapan impian Tuhan dalam hidup saya dan saudara. Amin!


Faithful is He Who is calling you [to Himself] and utterly trustworthy, and He will also do it [fulfill His call by hallowing and keeping you].” (1 Tess 5:24 – AMP)


“Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.” (2 Tim 1:14)


RL, Maret 2015