Guys pernah nggak kamu mengeluh karena cuaca yang kurang bersahabat, ada di sekolah ato kelas yang kurang menyenangkan, ada di keluarga yang keadaan hubungan antar anggotanya, keadaan ekonomi, atau keberadaan pribadi-pribadinya ga sesuai dengan yang kamu harapkan? Atau kamu masuk dalam situasi yang nggak enak (mati lampu misalnya), mengalami perlakuan buruk, tidak memperoleh yg kamu inginkan, memiliki kelompok yg ga bisa diajak kerjasama, dikhianati sahabat? Pokoknya semua yang ga menyenangkan! Seakan kita berada dalam kondisi yg tidak tepat, kita berpikir nggak seharusnya kita berada disana. Kita mau berada ditempat ato kondisi yang menyenangkan, nyaman, dan sesuai yang kita inginkan. Sebagai manusia biasa tampaknya wajar untuk berpikir seperti itu, ya kan?
Beberapa hari lalu saya membaca Mazmur 105 dan menemukan sebuah kebenaran. Sebelum Tuhan mendatangkan kelaparan ke tanah Kanaan, “diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi,” (ay 17-18). Saya yakin sebagian besar dari kita tahu kisah Yusuf yang dijual menjadi budak di Mesir.
Ada beberapa fakta menarik yang saya temukan disini:
1.
Yusuf diutus
Tuhan tanpa diketahui olehnya. Kita mungkin berpikir saat Tuhan mengutus kita,
kita akan mendengar suara menggelegar, atau Tuhan memakai hamba-Nya bernubuat
tentang kita atau menaruh impresi yang kuat dalam hati kita. Ternyata Yusuf
diutus Tuhan melalui peristiwa sehari-hari. Tidak ada tanda-tanda peneguhan
sama sekali. Semua masih menjadi rahasia Allah sampai saatnya maksud Allah
dinyatakan.
2.
Yusuf diutus Tuhan ke tempat yang tidak menyenangkan. Yusuf
diutus Tuhan dengan cara dijual jadi budak, masuk dalam penjara, dibelenggu,
dan mengalami perilaku yang tidak menyenangkan. Berbeda sekali dengan pemikiran
kita. Seharusnya saat diutus Tuhan, Yusuf datang dengan penuh kuasa dan dengan
hikmatnya membuat kagum para petinggi Mesir dan dengan segera mereka
mengangkatnya menjadi perdana menteri. Tetapi kisahnya tidak seperti itu.
Apa yang bisa kita pelajari?
Berada dalam keluarga atau kelas atau kelompok yang
kurang menyenangkan, masuk dalam situasi yang menjengkelkan, merasakan cuaca
yang sangat panas, mengalami masalah yang kurang menyenangkan, BISA menjadi
cara Tuhan mengutus kita. Bahkan pengutusan itu diluar sepengetahuan kita.
Saya yakin Tuhan mengutus kita ke dalamnya agar
kita menjadi pemenang, untuk mengalami dan mengenal pribadi-Nya lebih baik,
untuk memiliki karakter yang lebih cemerlang, untuk membawa kita makin kuat dan
bijaksana, untuk menjadi panutan bagi orang-orang di sekitar kita.
“sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya, untuk memberikan petunjuk kepada para pembesarnya sekehendak hatinya dan mengajarkan hikmat kepada para tua-tuanya.” (ay 19-22)
Masa sulit tidak selamanya kita alami. Semua kesulitan akan berakhir saat “firman-Nya sudah genap” dan kita akan menikmati semua yang baik dari Allah. Satu hal yang perlu dicatat, Alkitab tidak pernah menuliskan Yusuf mengeluh, mengomel, menggerutu. Ah! Tampaknya ia benar-benar memiliki kepercayaan yang kuat akan Allahnya.
Mungkin saat ini tugas kamu demikian banyak, orangtua kamu belum bisa membelikan apa yang kamu inginkan, kamu udah berusaha maksimal tetapi hasilnya nggak seperti yang kamu harapkan, kamu dikhianati oleh orang yang kamu percayai, cuaca tiba-tiba membuat gerah, orang-orang disekitarmu tiba-tiba menjadi sangat menyebalkan, rintangan demi rintangan ada di depanmu, dll, mari mengganti kacamata kita dengan kacamata Allah dan bersyukur, tetap berpikir dan bersikap positif, belajar menyikapi semua itu dengan bijaksana, dan jangan pernah menyerah. Ingatlah kisah Yusuf: KAMU MUNGKIN TIDAK PERNAH TAHU, KAMU SEDANG DIUTUS ALLAH KE TEMPAT YANG TEPAT!
RL, Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar